Burung Dari Kalimantan Tengah

Burung Dari Kalimantan Tengah

Puyuh kepala merah

Yang pertama adalah puyuh kepala merah (Haematortyx sanguiniceps). Orang yang pertama kali mendeskripsikannya adalah Richard Bowdler Sharpe (ornithologist atau ahli burung Inggris) pada tahun 1879. Sebagai hewan endemik, mereka hanya ditemukan di hutan di utara dan tengah Pulau Kalimantan, terutama pada ketinggian 1.000–1.700 meter di atas permukaan laut.

Panjangnya sekitar 25 cm dengan berat 330 gram. Makanannya ialah serangga, buah beri, dan krustasea kecil (seperti isopoda). Populasinya diperkirakan tidak lebih dari 10.000 ekor.

Burung dengan nama ilmiah Lophura ignita ini mempunyai julukan lain, yaitu Bornean crested fireback. Selain Kalimantan, mereka juga ditemukan di Sumatra, salah satunya di Taman Nasional (TN) Batang Gadis, Mandailing Natal, Sumatra Utara. Mereka dapat tumbuh sepanjang 70 cm.

Sebagai spesies yang dimorfik seksual, sempidan biru jantan warnanya mayoritas hitam, berwajah biru, dengan ekor putih atau kuning. Sedangkan burung betina warnanya cokelat dengan wajah berwarna biru. Sayangnya, pemakan buah-buahan dan hewan kecil ini dikategorikan rentan oleh The International Union for Conservation of Nature (IUCN) karena habitatnya kian tergerus dan diburu secara berlebihan.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Namanya ayam hutan merah (Gallus gallus), namun masyarakat mengenalnya sebagai ayam kampung. Leluhurnya berasal dari Asia Selatan, tetapi kini telah tersebar ke seluruh dunia, termasuk Kalimantan. Pejantan lebih panjang (65–78 cm) dibanding betina (41–46 cm) dengan berat rata-rata dua kilogram.

Sebagai omnivora, makanannya adalah jagung, kedelai, beras, cacing, rayap, hingga jangkrik. Mereka dimanfaatkan manusia untuk diambil telur, daging, dan bulunya. Rata-rata ayam hutan merah bisa hidup hingga 10 tahun.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik dari Lovebird, Burung yang Menjadi Simbol Cinta!

Selanjutnya adalah kuau raja (Argusianus argus) yang memiliki kemiripan dengan burung merak, yaitu mengembangkan bulunya untuk menarik perhatian betina. Walau tidak se-colorful merak, tetapi terdapat bulatan seperti mata pada bulunya. Kamu bisa menemukannya di hutan Kalimantan, Sumatra, Malaysia (Sabah, Sarawak, dan daerah Semenanjung), Brunei, Thailand, dan Myanmar.

Kuau raja jantan dapat tumbuh sepanjang dua meter, sudah termasuk ekor yang panjangnya 105–143 cm. Makanannya bervariasi, mulai dari buah-buahan, biji-bijian, invertebrata, bunga, hingga pucuk daun. Sadly, karena penebangan pohon yang semakin masif, ekspansi perkebunan kelapa sawit, perburuan liar, dan kebakaran hutan, IUCN mengklasifikasikannya sebagai spesies rentan.

Nama lokalnya adalah puyuh sengayan (Rollulus rouloul), tetapi nama internasionalnya adalah crested wood partridge. Penampilan puyuh jantan dan betina sangat berbeda, di mana tubuh pejantan berwarna hitam atau biru dengan jambul merah atau oranye di atas kepalanya. Sementara, betina berwarna hijau cerah dengan sayap cokelat tanpa jambul.

Puyuh sengayan menghabiskan sebagian besar waktunya mengorek-ngorek tanah dengan kakinya untuk mencari makanan, seperti cacing, kumbang, siput, semut kayu, atau buah-buahan yang jatuh. Kamu bisa menjumpainya di hutan Kalimantan, Sumatra, Malaysia, Thailand, dan Myanmar. Menurut IUCN, spesies ini statusnya hampir terancam karena terus-menerus diburu dan habitatnya dirusak.

Bagaimana, cantik-cantik bukan burung dari famili Phasianidae yang hidup di Kalimantan? Kendati cantik, jangan asal pelihara mereka, ya. Apalagi kalau statusnya rentan atau terancam punah!

Baca Juga: 6 Fakta Burung Formosan Blue Magpie, Saudaranya Gagak!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA - Dampak karhutla di Kalimantan Tengah. Bila saat akhir pekan biasanya komunitas senapan angin pergi berburu burung liar di sekitar lingkar luar Kota Palangkaraya.

Namun, belakangan buruan mereka terus berkurang akibat kebakaran hutan dan lahan yang melanda wilayah Kalimantan Tengah. Tak jarang mereka pulang membawa hasil buruan yang kurang memuaskan bahkan dengan tangan kosong.

Seperti yang dirasakan Bambang M Negoro, anggota komunitas senapan angin Exel Shooting Club. Selain berlatih menembak Bambang dan kawan-kawan sering pergi berburu untuk mengisi waktu luang di akhir pekan.

Sabtu (3/8/2024) sore menjelang malam, Bambang M Negoro pulang berburu, hanya tiga ekor burung punai yang ia bawa. Burung hasil buruannya itu dimasukan ke dalam kantong plastik ukuran sedang berwarna merah.

Wajah Bambang nampak tak begitu puas dengan hasil buruannya. Ia menganggap tiga ekor itu sangat sedikit jika dibandingkan hasil sebelum kebakaran lahan mulai melanda Kota Cantik.

Sebelumnya, kata Bambang, ketika karhutla belum meluas ia masih bisa mendapat 10-13 ekor burung punai hanya dalam 3-4 jam saja.

“Sama seperti tahun lalu saat musim kebakaran hutan dan lahan kami mulai jarang mendapat hasil buruan yang memuaskan,” kata Bambang.

“Seperti ini hanya sedikit,” kata dia lagi sembari menunjuk kantong plastik yang berisi tiga ekor burung Punai hasil buruannya.

Sore itu sedang ada beberapa pria berlatih menembak di Jalan Sinar Kahayan, Lingkar Luar Kota Palangkaraya. Secara bergantian mereka menembak target dari jarak 10-15 meter. Tak jauh dari situ ada Bambang yang sedang duduk memperhatikan mereka.

Sembari santai, Bambang bercerita, mulai rutin berburu sekira tahun 2019. Sejak itu, setiap musim kemarau dan terjadi kebakaran hasil buruannya selalu berkurang.

Ia meyakini bukan musim kemarau yang menjadi penyebabnya akan tetapi kebakaran yang membuat burung-burung buruannya sulit ditemukan.

Burung-burung yang biasa diincar Bambang dan pemburu lainnya seperti Punai, Tekukur, Ruak, dan Belibis.

Burung-burung itu tak ada yang termasuk ke dalam spesies langka dan seharusnya masih sering ditemui. Namun, sejak kebakaran melanda, Bambang dan pemburu lainnya mulai sulit menemukan burung-burung itu.

Selama berburu, lanjut Bambang, tak jarang ia menemukan Burung Elang, Enggang atau Rangkong, serta Kucing Hutan. Hewan-hewan langka dan dilindungi itu juga sulit ditemukan jika sedang terjadi kebakaran yang terus berulang di Palangkaraya.

Lokasi Danau Burung masih berada di dalam kawasan Taman Nasional Tanjung Puting, yang akhirnya semakin lengkap objek wisata yang ada di dalam TNTP. Danau Burung terbagai menjadi dua wilayah yakni wilayah Kabupaten Sukamara dan sebagian berada di dalam wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat. Tempat wisata di Kalteng ini memang menjadi surganya para pecinta burung yang memiliki beragam jenis burung yang tinggal di Danau Burung sebagai tempa thabitat aslinya. Bird watching salah satu aktifitas para penggemar burung yang ada di hutan rawa ini.

- Parkir - Mushola - Warung Makan - Tempat Foto

Kotawaringin Barat, Kumai Hulu , Kumai , KAB. KOTAWARINGIN BARAT Lihat lokasi dipeta

Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.

Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.

Toga Hamonangan Nadeak, S.H., M.H

- Burung rangkong termasuk hewan langka yang dilindungi. Di ekowisata Hutan Meranti, Kalimantan Selatan, burung ini terawat dengan baik.Burung langka dan dilindungi bisa kamu temukan di ekowisata Hutan Meranti, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Tidak hanya bertemu, bahkan kamu bisa berinteraksi langsung dengan burung eksotis Kalimantan dan aneka unggas lainnya di dalam kubah ukuran besar.Burung endemik Kalimantan yang terdapat di konservasi burung ini antara lain adalah burung Rangkong. Burung rangkong dikenal sebagai burung enggang. Dalam bahasa Inggris disebut juga dengan hornbill dikarenakan paruhnya memiliki cula layaknya tanduk sapi.Di Kalimantan, masyarakat Dayak menganggap burung rangkong dikeramatkan. Burung tersebut diyakini oleh Suku Dayak sebagai jelmaan dari panglima gunung yang sangat dihormati.Burung rangkong termasuk dalam spesies yang dilindungi. Terlebih, burung rangkong saat ini berada di ambang kepunahan. Maraknya perburuan liar, kerusakan hutan, alih fungsi hutan alami adalah faktor utama penyebab diambang punahnya hewan eksotis ini.Yang unik dari burung rangkong adalah, sekarang berperan dalam penyebaran benih pohon di hutan. Burung rangkong populasinya tersebar hampir di seluruh Pulau Kalimantan.Selain burung rangkong, terdapat juga burung beo di kawasan konservasi ini. Selayaknya burung rangkong, burung beo pun ternyata memiliki peran dalam penyebaran benih pohon dan tanaman di hutan.Burung bernama latin Gracula religiosa ini memiliki keistimewaan, sebab jika dilatih maka akan pandai menirukan ucapan manusia. Tidak heran burung ini banyak diburu untuk dijadikan hewan peliharaan.Namun tidak perlu khawatir, sebab burung rangkong dan beo di ekowisata Hutan Meranti sangat terlindungi dan terawat dengan baik. Secara rutin petugas akan menyediakan buah-buahan segar setiap harinya dan menjaga kondisi kandang tetap bersih.Di dalam kawasan konservasi terdapat skybridge, sehingga memudahkan pengunjung dalam berkeliling dan bisa berinteraksi langsung dengan aneka burung dan unggas yang ada.

Kalimantan atau Borneo memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Pulau ini adalah rumah bagi beberapa burung dari famili Phasianidae. Ciri-ciri famili ini adalah bertubuh berat, hidup di darat, dan berkaki kuat, namun tidak semuanya bisa terbang.

Phasianidae sendiri terdiri atas 185 spesies. Lantas, apa saja burung dari famili Phasianidae yang bisa ditemukan di Kalimantan dan bagaimana wujudnya? Let’s take a look!